Tenggarong – Bukan berpangku tangan, tapi turun ke bawah. Gambaran itulah yang dilakukan sosok pria ini.
Baharuddin Demmu, demikian nama lenkapnya. Pada Minggu (14/05/2023), ia melaksanakan salah satu tugasnya sebagai wakil rakyat. Ia bertemu warga Desa Kerta Buana untuk mensosialisasi empat pilar kebangsaan.
Baharuddin Demmu mengingatkan, Sosialisasi Kebangsaan (Sosbang) sangat perlu untuk selalu dilakukan agar kita sebagai warga negara Indonesia bisa selalu ingat dan menjalankan apa yang sudah menjadi landasan kita untuk berbangsa dan bernegara.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Kegiatan ini juga sebagai salah satu tanggung jawab kami sebagai wakil rakyat di DPRD Kaltim dalam rangka membangun landasan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, yang terdiri dari landasan ideologi Pancasila, Konstitusi, persatuan dan kesatuan serta semangat keberagaman sebagai modal sosial membangun kekuatan bangsa Indonesia dan pembangunan di daerah,” ucap Baharuddin Demmu.
Terlihat jelas banyak masyarakat yang antusias mempertanyakan terkait dengan nilai-nilai kebangsaan yang di hubungkan dengan kehidupan sehari-hari mereka.
“Alhamdulillah masyarakat sangat antusias, kita bisa melihat dari banyaknya masyarakat yang hadir, meraka juga banyak bertanya terkait dengan kondisi mereka saat ini dengan materi yang kita bawakan,” tutur Baharuddin Demmu.
Penanaman Nilai dan Rasa Toleransi
Mahendra Putra Kurnia Dekan Fakultas Hukum Unmul, selaku narasumber pada kegiatan Sosper ini menekankan, bahwa penanaman nilai kebangsaan dan rasa toleransi harus ditanamkan mulai dari ruang lingkup rumah tangga.
“Rasa toleransi harus ditanamkan mulai dari rumah, peran kaum ibu sangat penting, karena anak-anak kita kalau di sekolah hanya menerima materinya saja tapi prakteknya tanggung jawab kita semua terutama di rumah,” kata Mahendra Putra Kurnia.
Pesan selanjutnya yang dia sampaikan juga adalah keberlangsungan bangsa kita kedepan tergantung peran kita sebagai orang tua bagaiamana menjadi menjaga dan menjelaskan nilai kebangsaan pada anak-anak kita.
“Penanaman kebangsaan etika dan kesopanan salah satu cara mudah untuk mengawasi agar tidak terpengaruh dengan hal-hal yang bisa memperpecah nilai kebangsaan, hp bisa menjadi alat mempererat kesatuan dan persatuan dan bisa juga menghancurkan,” ucapnya menjelaskan.
Belum Adil, tapi . .
Haris Retno Dosen Fakultas Hukum Unmul yang menjadi narasumber ke dua membedah lima point Pancasila.
Sila pertama dia menjelaskan pada awalnya negara kita hanya mempunyai lima agama yang diakui oleh negara.
Sila ke dua mengenai prinsip nilai kemanusiaan harus diutamakan. Sila ke tiga mengenai persatuan.
Sila ke empat musyawarah mufakat di mana warga negara juga dapat menentukan kebijakan kedepannya yang menyangkut penghidupan mereka. Dan terakhir sila ke lima mengenai keadilan yang menjadi sesuatu yang penting akan tetapi jarang terjadi.
Hukum ada untuk keadilan tapi kebanyakan hukum masih belum adil tapi kita harus mengusahakan untuk memberi keadilan sesuai dengan porsinya masing- masing.
“Wawasaan kebangsaan menentukan identitas bangsa, kita mempunyai ciri khas yang membedakan kita dengan bangsa lain yaitu empat pilar kebangsaan dan kita harus bangga dengan hal ini,” kata Haris Retno.(Andra)***