KanalAnalisis.com, Jakarta – Sebuah video viral di media sosial pernikahan anjing berjenis Husky Siberian bernama Jojo dan Luna yang memakan biaya lebih dari Rp200 juta.
Usai viral dan menjadi kontroversi, pernikahan anjing yang memakai baju adat jawa, Valen yang merupakan salah satu pemilik mengungkapkan bahwa tema adat Jawa juha digunakan dalam pernikahan kedua anjing itu, yakni dengan para anjingnya memakai pakaian adat Jawa.
“Kenapa pakai budaya Nusantara Indonesia, pertama karena saya dan Nena (pemilik Luna) itu orang Jawa. Saya orang Jogja, Nena itu punya darah Solo, jadi kenapa kita enggak melestarikan budaya sendiri ya,” kata Valen, pada keterangannya, Rabu, 19 Juli 2023. Dilansir dari Viva.co.id.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Selain itu, Paguyuban Panatacara Yogyakarta (PPY) turut mengomentari, Abeje Janoko selaku Ketua PP Ki mengungkapkan bahwa acara yang dilakukan oleh mereka sangat melukai nilai-nilai budaya adiluhung.
Permohonan maaf dilakukan oleh Nena dan Valen yang merupakan pemilik anjing sekaligus mewakili pembuat acara kepada pihak-pihak yang tidak setuju atau merasa sakit hati atas diadakannya acara tersebut.
Pada surat permohonan maafnya, mereka berterus terang telah menyesal melakukan acara yang menuai pro dan kontra di masyarakat. Tanggapan masyarakat atas kejadian ini di luar perkiraannya.
“Kami sangat menyesal dan memohon maaf yang sebesar-besarnya kepada pegiat budaya Jawa dan seluruh masyarakat yang kurang berkenan dan merasa tersakiti dengan adanya acara ini,” ujarnya.
Mereka juga mengatakan bahwa tidak berniat untuk melakukan pelecehab atau tidak menghargai budaya Indonesia, khususnya budaya Jawa.
Berikut isi surat permohonan maaf mereka selengkapnya:
“Pertama-tama perkenalkan nama saya nena & valen selaku penyelenggara acara dan mewakili seluruh pihak yang terlibat, dengan ini kami ingin menyatakan permohonan maaf atas kegaduhan yang terjadi di masyarakat, dengan terselenggaranya acara Jojo & Luna
Kami sangat menyesela & memohon maaf sebesar besarnya kepada para penggiat budaya jawa dan seluruh masyarakat Indonesia yang kurang berkenan dan tersakiti dengan acara ini.
Sedikitpun tidak ada niatan bagi kami untuk melecehkan atau tidak menghargai budaya Indonesia terutama budaya jawa.
Kami sangat ber Terimakasih juga karena telah diingatkan kembali untuk lebih memahami budaya tersebut
Kami berjanji untuk tidak akan mengulangi lagi dan akan menjadi pembelajaran kami untuk kedepan nya
Kami jga memohon maaf sebesar besarnya untuk keuskupan Agung Jakarta dan seluruh umat katholik untuk berita pemberkatan hewan peliharaan yang disalah artikan masyarakat, sebenarnya yang terjadi hanyala pert Blessing / pemberkatan hewan yang seperti biasa dilakukan oleh gereja di tanggal 4 Oktober untuk memperingati St Fransiskus Asisi
Terima kasih.”