KanalAnalisis.com, Jakarta – Baru-baru ini, perkiraan puncak fenomena El Nino yang akan terjadi pada bulan Agustus sampai September 2023 telah diberitahukan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
El Nino merupakan siklus suhu permukaan laut (sea surface temperature, SST) di luar normal dari Samudra Pasifik tropis tengah dan timur dengan disertai tekanan udara tinggi di Pasifik barat dan tekanan udara rendah di Pasifik timur.
Pemanasan tersebut dapat menimbulkan tingginya pertumbuhan awan di Samudera Pasifik yang menurunkan curah hujan di wilayah sekitar, salah satunya di Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Prof Tjandra Yoga Aditama selaku Mantan Direktur Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Asia Tenggara mengungkapkan bahwa Indonesia nantinya akan terkena dampak dari kondisi El Nino, contohnya seperti masalah minimnya ketersediaan pangan.
“Menurut WHO maka setidaknya ada 10 dampak El Nino bagi kesehatan. Pertama, gangguan kekurangan makanan sampai ke malnutrisi, terjadi karena gangguan ketersediaan ketahanan pangan,” kata Prof Tjandra, Sabtu (22/7/2023).
“Selain itu terjadi peningkatan kejadian penyakit menular, yang terjadi akibat kombinasi menurunnya higiene sanitasi, perubahan pola hidup penular penyakit,” lanjutnya. Dilansir dari detik.com.
Prof Tjandra juga mengungkapkan bahwa keadaan tersebut juga dapat menyebabkan dampak tingginya penyakit air sebab air dan sanitasi yang terbatas.
“Selanjutnya dapat meningkatkan penyakit yang berhubungan dengan air atau water born disease, terjadi akibat keterbatasan ketersediaan air dan sanitasi,” ujarnya.
“Penurunan akses masyarakat ke fasilitas kesehatan dan disrupsi pelayanan kesehatan juga terjadi baik karena cuaca panas, atau mungkin bencana alam yg terjadi masa El Nino,” imbuhnya.
Selain itu, El Nino juga dapat berpengaruh terhadap masalah kesehatan kejiwaan atau dampak psikososial, meningkatkan penyakit paru dan saluran pernapasan yang disebabkan oleh polusi, sampai penyakit karena cuaca panas.
“El Nino juga akan berdampak pada peningkatan penyakit tular vektor atau vector borne diseases karena perubahan pola hidup vektor seperti nyamuk, tikus dan lain-lain dengan segala dampaknya,” kata Prof Tjandra.
Prof Tjandra juga mengamati selama El Nino berlangsung kemungkinan adanya dampak bencana alam sampai menimbulkan pengungsian dan dampak cedera langsung atau kematian yang disebabkan oleh ekstremnya bencana.
“Karena kini sudah mendekati akhir Juli maka pemerintah dan kita semua perlu mengantisipasi potensi berbagai bahaya kesehatan akibat El Nino di Agustus dan September ini,” katanya.