Samarinda – Berdasarkan data yang terhimpun, 60 persen kasus stunting yang terjadi saat ini beririsan dengan keluarga miskin ekstrem.
Selain itu, faktor terkuat yang mendorong ini terjadi adalah kurangnya ketersediaan kebutuhan dasar, seperti air bersih, fasilitas sanitasi dan masalah lainnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Inilah yang disampaikan anggota Komisi IV DPRD DPRD Kalimantan Timur (Kaltim), Ananda Emira Moeis.
Lebih lanjut, ia meminta pemerintah memaksimalkan realisasi program padat karya yang memang menyasar kepada seluruh masyarakat kurang mampu di setiap kabupaten/kota.
“Untuk kasus kemiskinan ekstrem ini harus ditangani secara serius, sehingga angka stunting di Kaltim ini bisa menurun,” tegas Ananda .
Politikus PDI-Perjuangan ini berpendapat, hal yang juga perlu diketahui indikator kemiskinan itu apa saja, misalnya seperti tidak bekerja dan faktor ekonomi yang tidak stabil.
Untuk itu, ia berharap agar pemerintah harus bersinergi dan membuat banyak program padat karya yang bisa membuka lapangan kerja di Kaltim. Terutama, berbagai kegiatan pembangunan yang banyak menggunakan tenaga manusia dibandingkan dengan tenaga mesin.
Dikemukakannya, jika usulan program padat karya didukung semua pihak dan dapat direalisasikan dengan baik, karena kedua kasus kemiskinan dan stunting saling berhubungan.
Ananda mencontohkan, ada satu keluarga miskin yang telah memiliki anak, bagaimana kecukupan gizi anak-anaknya sementara untuk makan sehari-hari saja mengalami kesulitan.
“Menurut saya, untuk mengentaskan masalah kemiskinan dan kasus stunting di Kaltim ini harus dilakukan bersama,” terangnya. (Andra/Adv/DPRD Kaltim).